Posting Terbaru :

[Cerita Panas] Affair di Kantor

Written By detikberita.com on Kamis, 01 Maret 2012 | 22.59

Aku menginginkan sebenarnya ini hanya menjadi rahasiaku sendiri. Namun amatlah bagus kiranya hal ini kuberikan kepada teman teman semua. Boleh dibilang aku yang kata orang bilang – mengidap penyakit oedipus complex, yakni lebih terangsang dengan wanita yang berusia lebih tua dariku.

Saat ini aku berusia 37 tahun dan sudah berkeluarga. Ceritaku ini berlangsung kurang lebih dimulai 10 tahun yang lalu. Setelah lulus kuliah aku diterima di sebuah perusahaan. Aku memulainya sebagai Management Trainee. Beberapa waktu kemudian aku diangkat sebagai manager. Karena perusahaan ini adalah perusahaan yang sudah establish, maka bawahan-bawahanku banyak yang sudah berumur, dalam arti kata rata rata umur anak buahku diatas umurku.

Aku mempunyai seorang anak buah yang sudah bersuami dengan 1 orang anak. Aku tidak mengetahui bahwa setiap kupanggil, dia menampakkan wajah yang berbeda dibanding dengan teman temannya. Senyumnya yang enawan seringkali dilemparkannya kepadaku. Akupun hanya membalas seadanya saja (maklum untuk menjaga wibawaku). Suatu saat pernah dia menumpang pulang bersamaku, karena kebetulan rumah kami satu jurusan. Itupun dilakukannya beramai ramai.

Umurnya sebenarnya sudah menginjak 35-an waktu itu (sehingga selisih hampir 7 tahun denganku). Makin lama dia sering pulang bareng denganku. Suatu saat kami diberikan kesempatan pulang bareng hanya berdua saja. Supaya nggak diketahui oleh teman temannya aku janjian disuatu tempat yang telah kami tentukan. Bertemulah aku di tempat yang telah ditentukan. Sepanjang perjalanan di dalam mobilku, kami lebih banyak diam. Kulirik dia, dia lebih banyak melihat ke wajahku. Perlahan lahan kutanyai dia tentang kehidupan pribadinya. Dia menjawab dengan sekenanya saja – dan aku rasakan dia malas untuk mengungkapkan kehidupan pribadinya.

“Ada apa sih..”, sambil kuberanikan untuk memegang pahanya. Eh ternyata dia diam saja.
“Pak.., aku sebenarnya sangat mengagumi Bapak”, begitu kata dia memujiku.
“Ah.. nggak.., biasa saja koq”, begitu balasku”.

Pelan pelan tanganku langsung meraba ke pahanya. Gesekan-gesekan di pahanya membuat dia menepiskan tanganku. Kemudian kudiamkan saja dan tanganku kembali memegang kemudi. Kembali kami terbalut dalam kebisuan lagi. Kemudian tangannya aku letakkan di pahaku. Eh.., ternyata dia menurut. Dia kemudian aku bimbing untuk mengelus elus elus pahaku. dan dia menurutinya. Aku naikkan tangannya supaya memegang lebih keatasnya, yakni ke batang kemaluanku (yang masih ditutupi celana tentunya). Tanganku kemudian kembali mengelus elus pahanya.

Pelan pelan tanganku kumasukkan ke dalam roknya. Dia diam saja, malahan elusan ke penisku makin ditingkatkan frekuensinya. Tanganku masih terus saja mengelus elus pahanya, dan kuberanikan untuk naik ke atasnya. Aku tidak melihat bagaimana bentuk dan warna CD yang dia pakai. Kulihat speedometer di mobilku hanya berjalan dengan kecepatan 40 km/jam.

Elusanku makin menjadi jadi dan kumasukkan jari telunjukku ke dalam celena dalamnya. Kurasakan labio mayoranya basah. Jariku terus berpetualang lebih ke dalam lagi. Kulihat matanya terpejam dan menggeloyorkan badannya.
Gerakan masuk keluar masuk keluar kulakukan. Erangan-erangan kecil yang di timpali suara mesin mobil menenggelamkan suaranya. Tanganku kemudian kucabut dari jepitan selangkangannya. Aku memegang kepalanya dan kubuka resluitingku, kukeluarkan kemaluanku.

Aku benamkan kepalanya, untuk mengulum batang kemaluanku. Dia ternyata menuruti kemauanku.
“Agh.. ohh.. agh.. ohh..”, erangannya.
Tanganku kemudian aku masukkan kembali ke selangkangannya. Dimainkannya mulutnya untuk memutar mutar penisku. Karena aku tidak kuat lagi, maka di pinggir jalanan yang agak sepi, maka kupinggirkan mobilku.
Dia isap terus kemaluanku.., ditimpali dengan erangannya.
“Ogh Pak.., terus Pak.. enak Pak”.
Aku sendiri berkelonjotan tidak karuan karena nikmatnya. Eranganku semakin tinggi, begitu pula dengan ngebornya, dimana ujung jari tengahku yang menjadi mata bornya.
“Ogh.. ahh.. ogh ahh… Aku nggak kuat lagi Pak”.
Dilepaskannya kulumannya di penisku dan di pegangnya erat-erat kedua tanganku dengan tangannya.
“Pak cepetin Pak.. ahh.. ahh.. ahh”.
Dicengkeramnya badanku makin erat. Kupegang tubuhnya, dan aku rasakan tubuhnya makin menegang, menegang dan akhirnya lemas. Kemaluanku masih dipegangnya dengan erat. Karena dia mengatakan bahwa sudah orgasme, maka kutarik kepalanya agar melanjutkan tugasnya. Dia kulum-kulum ujung kemaluanku, aku menggelinjang dengan kondisi tempat yang sempit sekali karena di jok depan mobil.

Isapannya makin kencang dan kenikmatan yang tidak terperikan aku rasakan. Bijiku dikulum-kulumnya juga. Rasanya aku ada di ujung langit. Melayang layang. Mataku merem melek merasakan kenikmatan yang tak terperikan tersebut.
“Cepat sayang, ogh.. cepat.. cepat sayang. Iya bagian situ yang enak.., iya sayang.. terus.. terus.., ahh.. ahh aku nggak kuat lagi sayang.. ohh..”, maka muncratlah seluruh air maniku.
Tahu-tahu di belakangku sudah ada mobil yang mau parkir. Aku kemudian menstarter mobilku dengan kondisi yang masih acak-acakan. Oleh dia (oh ya saya lupa menyebut namanya – dia bernama Bu Risma), resluitingku dibetulkannya. Penisku dibetulkannya letaknya.

Begitulah ceritaku. Lama akhirnya kami menjadi sering pulang bareng. Kalau berangkat kerja aku tidak pernah, karena rumahnya lebih jauh tempatnya dibandingkan jarak rumahku ke tempat kerja. Sejak saat itu, setiap pulang kami melampiaskan hasrat dengan melakukan seperti itu. Dan apabila ada waktu, kami menyewa hotel sort time untuk melakukan coitus.

*****

Suatu ketika, karena keterbatasan waktu dan beban pekerjaan, pernah kami melakukannya di kantor. Saat itu hari Sabtu, dimana jam kerja hanya sampai dengan pukul 2 siang. Aku lihat pegawaiku yang lain sudah pada pulang. jam kulihat sudah menunjukkan pukul 14.20. Kemudian tidak kemudian lama bosku pulang. Yang tertingal hanya 2 office boy. Saat aku melihat ke ruang sebelah (meja stafku) Kulihat Bu Risma belum pulang. Rupa-rupanya dia sedang menungguku.

Timbul pikiran yang bukan-bukan di benakku. Perusahaanku adalah salah satu penyewa ruangan di sebuah gedung pencakar langit di Jakarta ini. Aku panggil kedua office boy yang sedang mengepel lantai.
“No.. sini”, pintaku.
“Kamu dengan Ratmo tolong belikan nasi bungkus. Ini uangnya”
Sengaja kuberikan uang yang berlebih.
“Kamu sudah makan belum?”, tanyaku.
“Belum Pak”, jawabnya.
“Kalau begitu, kamu makan saja di warung belakang”, dia menunjukkan raut muka kegirangan.
Maka langsung saja digamitnya tangan Ratmo, sambil menunjukkan muka cerah dengan uang 50 ribuan di tangannya.

Setelah kulihat ruangan sepi, maka kuhampiri meja Bu Risma. Aku tarik tangannya, dan langsung kulumat bibirnya. Lumatanku belum berhenti, tapi ada dering telepon berbunyi.
“Udah jangan diangkat”, ujar Bu Risma.
Tanganku langsung meraba raba ke gundukan payudaranya. Kami masih dalam pakaian komplit. Aku buka resluiting celanaku, dan kukeluarkan batang kemaluanku.
“Bu tolong diisep..”, dan kubimbing kepalanya untuk turun kebawah.
Sambil berjongkok dia mengulum penisku. Posisiku berdiri dengan agak gemetar menahan kenikmatan yang tak terperikan. Dikulum dan disedotnya habis-habisan pucuk kemaluanku. Hal ini berjalan kurang lebih 5 menit. Kuangkat dia, dan berganti aku yang jongkok dan dia pada posisi berdiri.

Kuangkat roknya, dan kulepaskan celana dalamnya. Belum sampai CD-nya melorot ke bawah, aku langsung menjilati kemaluannya. Ujung lidahku kutempelkan dan kukulum-kulum clitorisnya.
“Ahh.. Pak.. enak.. Pak.. enak.. enak”.
Ditimpali dengan erangannya, maka makin menjadi jadi kulumanku.
“Pak cepat masukkan Pak.. aku sudah nggak kuat Pakk..”.
Langsung aku berdiri dan kusandarkan dia ke pinggir meja. Kuarahkan ujung kemaluanku ke permukaan memeknya. Kemaluanku yang sudah menegang ini kuputar-putar dengan tanganku ke permukaannya.
“Ahh.. ahh..”, hanya itu saja erangan kenikmatan yang keluar dari mulutnya.
Karena sudah tidak tahan, maka dipegangnya kemaluanku dan langsung dibimbingnya untuk menembus ke lubang kemaluannya. Aku langsung menekannya.
“Ahh..”, terdengar teriakan kecil yang diucapkannya.
Aku melihat ke pintu sejenak, jangan-jangan kedua pesuruhku tadi sudah kembali. Kulihat sejak awal permainanku tadi, baru berjalan 45 menit.

Aku gerakkan pantatku maju mundur, kuputar-putar, maju mundur. Kadang kukeluarkan dan langsung aku tancapkan lagi. Di antara erangannya, tangannya mendekap erat tanganku. Makin lama gerakanku makin kupercepat. Makin erat pula pegangannya ke tubuhku. Bibirnya kulumat, lehernya kujilat demikian pula tengkuknya. Gelinjang-gelinjang kenikmatan melandanya.

Makin lama gerakannya makin dia percepat, pinggulnya maju mundur. Makin cepat dan akhirnya dia terpagut diam dan berteriak histeris, sambil memegang erat tubuhku. Kurasakan jepitan di kemaluanku yang demikian keras dan lemaslah dia. Aku menghentikan gerakanku. Beberapa saat kemudian kugerakkan lagi, karena aku belum keluar. Kulihat bajunya sudah teracak-acak, walaupun kami masih berpakaian lengkap. Beberapa saat kemudian, aku merasakan kedut-kedut di ujung penisku, dan aku tahu bahwa spermaku akan segera keluar.

“Sayang, kamu kulum dong…”, sambil langsung kukeluarkan kemaluanku dari vaginanya dan kutekan kepalanya kebawah.
“Ohh.. ohh.., aku keluar sayang”, isapannya makin kencang dan kuat.
Akhirnya aku tak berdaya beberapa saat disertai dengan kenikmatan yang tiada taranya. Dia telan semua spermaku, dan dikulum-kulumnya lagi penisku. Aku berpikir, wah ini sudah tidak perlu dibersihkan lagi. Beberapa saat kemudian dia lepas kulumannya. Dia kemudian menuju ke kamar mandi, dan aku membetulkan letak pakaianku. Beberapa saat kemudian, si No dan Ratmo baru kembali. Aku kemudian makan, dan setelah selesai makan aku langsung pulang disertai dengan Bu Risma.

Begitulah pengalaman nyata yang pernah kulakukan. Aku sangat senang seandainya ada wanita yang merespons ceritaku ini. Aku mengingkan wanita yang berusia diatas 40 tahun. Terima kasih.


T A M A T

Jablay Bertubuh Mulus Apartemen Semanggi




Susu yang Bikin Gemes


ABG Bertoket Gede




Ibu Kost Janda Bertubuh Montok


Ayam Kampus Pamer Tubuh Bahenolnya






Tante Seksi Bertubuh Bahenol





Model Seksi Berpose Menantang





10 Menit Waktu Yang Ideal Untuk Hubungan Seks


Setiap pasangan disarankan untuk melakukan hubungan seks setidaknya dua kali seminggu. Seks yang dilakukan secara rutin tidak hanya baik untuk kesehatan psikis dan untuk menjaga keharmonisan serta keintiman pasangan, tetapi juga merupakan kegiatan yang terbukti membuat badan (fisik) menjadi sehat. Berhubungan seks secara teratur dapat mengurangi potensi serangan jantung.

Tapi kualitas hubungan seks ternyata tidak selalu diukur berdasarkan durasi/lamanya melakukan hubungan seks. Sebuah survei mengungkapkan bahwa waktu yang ideal untuk bercinta adalah 'hanya' 10 menit.

Survei ini dilakukan dengan melibatkan 50 anggota 'Society for Sex Therapy and Research', sebuah kelompok bagi pasangan yang memiliki masalah seksual. Dalam survei tersebut, mereka ditanya berapa lama waktu /durasi yang paling ideal dari sebuah hubungan seksual.

Menurut mereka, melakukan hubungan seks selama dua menit adalah terlalu pendek, tiga sampai tujuh menit dapat diterima, tetapi lebih dari 13 menit terlalu lama. Nah, durasi yang paling tepat dan ideal dalam melakukan hubungan seks adalah antara 7 sampai 13 menit.

Hasil survei ini meruntuhkan fantasi pasangan yang ingin bercinta sepanjang malam agar mendapatkan kepuasan. Dengan hasil survei ini diharapkan laki-laki dan perempuan lebih realistis, bahwa untuk mendapatkan kepuasan saat berhubungan seks hanya butuh waktu 10 menit saja

Times of India

Toket Mulus ABG Cantik yang Menggoda




[Cerita Panas] Juraganku Kekasihku

Aku bekerja sebagai seorang sopir di Malang. Namaku Sony, umurku 24 tahun, dan berasal dari JemBut. Aku sudah bekerja selama 2 tahun pada juraganku ini, dan aku sedang menabung untuk melanjutkan kuliahku yang terpaksa berhenti karena kurang biaya. Wajahku sih kata orang ganteng, ditambah dengan tubuh lumayan atletis. Banyak teman SMA-ku yang dulu bilang, seandainya aku anak orang kaya, pasti sudah jadi playboy kelas super berat. Memang ada beberapa teman cewekku yang dulu naksir padaku, tetapi tidak aku tanggapi.

Mereka bukan tipeku.
Juraganku punya seorang anak tunggal, gadis berumur 18 tahun, kelas 3 SMA favorit di Malang. Namanya Juliet. Tiap hari aku mengantarnya ke sekolah. Aku kadang hampir tidak tahan melihat tubuh Juliet yang seksi sekali. Tingginya kira-kira 168 cm, dan payudaranya besar dan kelihatannya kencang sekali. Ukurannya kira-kira 36C. Ditambah dengan penampilannya dengan rok mini dan baju seragamnya yang tipis, membuatku ingin sekali menyetubuhinya.

Setiap kali mengantarnya ke sekolah, ia duduk di bangku depan di sampingku, dan kadang-kadang aku melirik melihat pahanya yang putih mulus dengan bulu-bulu halus atau pada belahan payudaranya yang terlihat dari balik seragam tipisnya itu. Tapi aku selalu ingat, bahwa dia adalah anak juraganku. Bila aku macam-macam bisa dipecatnya aku nanti, dan angan-anganku untuk melanjutkan kuliah bisa berantakan. Siang itu seperti biasa aku jemput dia di sekolahnya. Mobil BMW biru metalik aku parkir di dekat kantin, dan seperti biasa aku menunggu Non-ku di gerbang sekolahnya.

Tak lama dia muncul bersama teman-temannya.
“Siang, Non…, mari saya bawakan tasnya”.
“Eh…, Mas, udah lama nunggu?”, katanya sambil mengulurkan tasnya padaku.
“Barusan kok Non..”, jawabku.
“Jul…, ini toh supirmu yang kamu bicarain itu. Lumayan ganteng juga sih…, ha…, ha..”, salah satu temannya berkomentar. Aku jadi rikuh dibuatnya.
“Hus..”, sahut Non-ku sambil tersenyum. “Jadi malu dia nanti..”.
Segera aku bukakan pintu mobil bagi Non-ku, dan temannya ternyata juga ikut dan duduk di kursi belakang.

“Kenalin nih mas, temanku”, Non-ku berkata sambil tersenyum. Aku segera mengulurkan tangan dan berkenalan.
“Sony”, kataku sambil merasakan tangan temannya yang lembut.
“Niken”, balasnya sambil menatap dadaku yang bidang dan berbulu.
“Mas, antar kita dulu ke rumah Niken di Tidar”, instruksi Non Juliet sambil menyilangkan kakinya sehingga rok mininya tersingkap ke atas memperlihatkan pahanya yang putih mulus.
“Baik Non”, jawabku. Tak terasa penisku sudah mengeras menyaksikan pemandangan itu. Ingin rasanya aku menjilati paha itu, dan kemudian mengulum payudaranya yang padat berisi, kemudian menyetubuhinya sampai dia meronta-ronta…, ahh.

Tak lama kitapun sampai di rumah Niken yang sepi. Rupanya orang tuanya sedangke luar kota, dan merekapun segera masuk ke dalam. Tak lama Non Juliet ke luar dan menyuruhku ikut masuk.
“Saya di luar saja Non”.
“Masuk saja mas…, sambil minum dulu…, baru kita pulang”.
Akupun mengikuti perintah Non-ku dan masuk ke dalam rumah. Ternyata mereka berdua sedang menonton VCD di ruang keluarga.
“Duduk di sini aja mas”, kata Niken menunjuk tempat duduk di sofa di sebelahnya.
“Ayo jangan ragu-ragu…”, perintah Non Juliet melihat aku agak ragu.
“Mulai disetel aja Nik…”, Non Juliet kemudian mengambil tempat duduk di sebelahku.
Tak lama kemudian…, film pun dimulai…, Woww…, ternyata film porno. Di layar tampak seorang pria negro (Senegal) sedang menyetubuhi dua perempuan bule (Prancis & Spanyol) secara bergantian. Napas Non Juliet di sampingku terdengar memberat, kemudian tangannya meremas tanganku. Akupun sudah tidak tahan lagi dengan segala macam cobaan ini. Aku meremas tangannya dan kemudian membelai pahanya. Tak berapa lama kemudian kamipun berciuman. Aku tarik rambutnya, dan kemudian dengan gemas aku cium bibirnya yang mungil itu.

“Hmm… Eh”, Suara itu yang terdengar dari mulutnya, dan tangankupun tak mau diam beralih meremas-remas payudaranya.
Kubuka kancing seragamnya satu persatu sehingga tampak bongkahan daging kenyal yang putih mulus punya Non-ku itu. Aku singkap BH-nya ke bawah sehingga tampaklah putingnya yang merah muda dan kelihatan sudah menegang.
“Ayo…, hisap dong mas…, ahh”. Tak perlu dikomando lagi, langsung aku jilat putingnya, sambil tanganku meremas-remas payudaranya yang sebelah kiri. Aku tidak memperhatikan apa yang dilakukan temannya di sebelah, karena aku sedang berkonsentrasi untuk memuaskan nafsu birahi Non Juliet. Setelah puas menikmati payudaranya, akupun berpindah posisi sehingga aku jongkok tepat di depan selangkangannya. Langsung aku singkap rok seragam SMA-nya, dan aku jilat CD-nya yang berwarna pink. Tampak bulu vaginanya yang masih jarang menerawang di balik CD-nya itu.

“Ayo, jilatin memekku mas”, Non Juliet mendesah sambil mendorong kepalaku. Langsung aku sibak CD-nya yang berenda itu, dan kujilati kemaluannya.
“Ohh…, nikmat sekali…”, erangan demi erangan terdengardari mulut Non-ku yang sedang aku kerjai. Benar-benar beruntung aku bisa menjilati kemaluan seorang gadis kecil anak konglomerat. Tanganku tak henti mengelus, meremas payudaranya yang besar dan kenyal itu.
“Aduh, cepetan dong, yang keras…, aku mau keluar.., ehhmm ohh..”. Tangan Non Juliet meremas rambutku sambil badannya menegang. Bersamaan dengan itu keluarlah cairan dari lubang vaginanya yang langsung aku jilat habis. Akupun berdiri dan membuka ritsluiting celanaku. Tapi sebelum sempat aku buka celanaku, Non Juliet telah ambil alih.

“Biar saya yang buka mas”, katanya.
Tangannya yang mungil melepas kancing celana jeansku, dan membantuku membukanya. Kemudian tangannya meremas-remas penisku dari luar CD-ku. Dijilatinya CD-ku sambil tangannya meremas-remas pantatku. Akupun sudah tak tahan lagi, langsung aku buka CD-ku sehingga penisku yang sudah tegak, bergelantung ke luar.
“Ih, wowww…!!!”, desis Non Juliet, sambil tangannya mengelus-elus penisku. Tak lama kemudian dijilatinya buah pelirku terus menyusuri batang kemaluanku. Dijilatinya pula kepala penisku sebelum dimasukkannya ke dalam mulutnya. Aku remas rambutnya yang berbando itu, dan aku gerakkan pantatku maju mundur, sehingga aku seperti menyetubuhi mulut anak juraganku ini. Rasanya luar biasa…, bayangkan…, penisku berwarna hitam sedang dikulum oleh mulut seorang gadis manis. Pipinya yang putih tampak menggelembung terkena batang kemaluanku.
“Punyamu besar sekali mas Son…, Jul suka.., ehmm..”, katanya sambil kemudian kembali mengulum kemaluanku.

Setelah kurang lebih 15 menit Non Juliet menikmati penisku, dia suruh aku duduk di sofa. Kemudian dia menghampiriku sambil membuka seluruh pakaiannya sehingga dia tampak telanjang bulat. Dinaikinya pahaku, dan diarahkannya penisku ke liang vaginanya.
“Ayo.., masukkin dong mas… Jul udah nggak tahan nih…”, katanya memberi instruksi, aku tahu dia ingin merasakan nikmatnya penisku. Diturunkannya pantatnya, dan peniskupun masuk perlahan ke dalam liang vaginanya.
Kemaluannya masih sempit sekali sehingga masih agak sulit bagi penisku untuk menembusnya. Tapi tak lama masuk juga separuh dari penisku ke dalam lubang kemaluan anak juraganku ini.
“Ahh…, yeah…, sekarang masukin deh penis mas yang besar itu di memekku”, katanya sambil naik turun di atas pahaku. Tangannya meremas dadanya sendiri, dan kemudian disodorkannya putingnya untukku.

“Yah, begitu dong mas”, Tak perlu aku tunggu lebih lama lagi langsung aku lahap payudaranya yang montok itu. Sementara itu Non Juliet masih terus naik turun sambil kadang-kadang memutar-mutar pantatnya, menikmati penis besar sopirnya ini.
“Sekarang setubuhi Jul dalam posisi nungging… ya mas Son…?”, instruksinya. Diapun turun dan menungging menghadap ke sofa.
“Ayo dong mas…, masukkin dari belakang”, Non Juliet menjelaskan maksudnya padaku. Akupun segera berdiri di belakangnya, dan mengelus-elus pantatnya yang padat.

Kemudian kuarahkan penisku ke lubang vaginanya, tetapi agak sulit masuknya. Tiba-tiba tak kusangka ada tangan lembut yang mengelus penisku dan membantu memasukkannya ke liang vagina Non Juliet. Aku lihat ke samping, ternyata Niken, yang membantuku menyetubuhi temannya. Dia tersenyum sambil mengelus-elus pantat dan pahaku.
Aku langsung menyetubuhi Non Juliet dari belakang. Kugerakkan pantatku maju mundur, sambil memegang pinggul Nonku.
“Ahh…, Mas…, Mas…, Terus dong…, nikmat sekali”, Non Juliet mengerang nikmat. Tubuhnya tampak berayun-ayun, dan segera kuremas dari belakang. Kupilin-pilin puting susunya, dan erangan Non Juliet makin hebat.

Niken sekarang telah berdiri di sampingku dan tangannya sibuk menelusuri tubuhku. Ditariknya rambutku dan diciumnya bibirku dengan penuh nafsu. Lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku. Sambil berciuman dibukanya kancing baju seragamnya sehingga tampak buah dadanya yang tidak terlalu besar, tetapi tampak padat.
“Ohh.., terus dong mas… yang cepat dong ahhh… Jul keluar mas… ohhh…”, Non Juliet mengerang makin hebat. Tak berapa lama terasa cairan hangat membasahi penisku.
“Non…, saya juga hampir keluar..”, kataku.
“Tahan sebentar mas…, keluarin dimulutku…”, kata Non Juliet.

Non Juliet dan Niken berlutut di depanku, dan Niken yang sejak tadi tampak tak tahan melihat kami bersetubuh di depannya, langsung mengulum penisku di mulutnya. Sementara itu Non Juliet menjilat-jilat buah pelirku. Mereka berdua bergantian mengulum dan menjilat penisku dengan penuh nafsu. Akupun sibuk membelai rambut kedua remaja ini, yang sedang memuaskan nafsu birahi mereka.
“Ayo, goyang yang keras dong mas…”, Non Juliet memberiku instruksi sambil menelentangkan tubuhnya di atas karpet ruang keluarga.
“Ayo penisnya taruh di sini mas…”, kata Non Juliet lagi. Akupun segera menaruh berlutut di atas dada Non-ku dan menjepit penisku di antara dua bukit kembarnya. Segera aku maju mundurkan pantatku, sambil tanganku mengapitkan buah dadanya.

“Oh, nikmat sekali…”.
Sementara Niken sibuk mengelap tubuhku yang basah karena keringat. Tak berapa lama kemudian, akupun tak tahan lagi. Kuarahkan penisku ke dalam mulut Non Juliet, dan dikulumnya sambil meremas-remas buah pelirku.
“Ahh…, Non…, ahh”, jeritku dan air manikupun menyembur ke dalam mulut mungil Non Juliet. Akupun tidur menggelepar kecapaian di atas karpet, sementara Non Juliet dan Niken sibuk menjilati bersih batang kemaluanku.
Setelah itu kamipun sibuk berpakaian, karena jam sudah menunjukkan pukul 15.00. Orang tua Juliet termasuk orang tua yang strict pada anaknya, sehingga bila dia pulang telat pasti kena marah. Di mobil dalam perjalanan pulang, Juliet memberiku uang Rp 1.000.000,-.

“Ambil mas, buat uang lelah, Tapi janji jangan bilang siapa-siapa tentang yang tadi ya”, katanya sambil tersenyum. Akupun mengangguk senang.
“Besok kita ulangi lagi ya mas…, soalnya Niken minta bagian”.
Demikian kejadian ini terus berlanjut. Hampir setiap pulang sekolah, Non Juliet akan pura-pura belajar bersama temannya. Tetapi yang terjadi adalah dia menyuruhku untuk memuaskan nafsu birahinya dan juga teman-temannya, Niken, Linda, Nina, Mimi, Etik, dll.
Tapi akupun senang karena selain mendapat penghasilan tambahan dari Non Juliet, akupun dapat menikmati tubuh remaja mereka yang putih mulus.

TAMAT

Janda Muda Haus Kenikmatan







[Cerita Panas] Oh Yarmi, Pembantuku

Written By detikberita.com on Rabu, 29 Februari 2012 | 22.59

Kira-kira empat bulan lalu, aku pindah dari rumah kontrakanku ke rumah yang aku beli. Rumah yang baru ini hanya beda dua blok dari rumah kontrakanku. Selain rumah aku pun mampu membeli sebuah apartemen yang juga masih di lingkungan aku tinggal, dari rumahku sekarang jaraknya 3 km. Selama aku tinggal di rumah kontrakan, aku mengenal seorang pembantu rumah tangga, sebut saja Yarmi. Dia juga pelayan di toko milik majikannya, jadi setiap aku atau istriku belanja, Yarmi-lah yang melayani kami. Dia seorang gadis desa, kulit tubuhnya hitam manis namun bodinya seksi untuk ukuran seorang pembantu rumah tangga di daerah kami tinggal, jadi dia sering digoda oleh para supir dan pembantu laki-laki, tapi aku yang bisa mencicipi kehangatan tubuhnya. Inilah yang kualami dari 3 bulan lalu sampai saat ini.

Suatu hari ketika aku mau ambil laundry di rumah majikan Yarmi dan kebetulan dia sendiri yang melayaniku.
“Yarmi, bisa tolong saya cariin pembantu…”
“Untuk di rumah Bapak…?”
“Untuk di apartemen saya, nanti saya gaji 1 juta.”
“Wah gede tuh Pak, yach nanti Yarmi cariin… kabarnya minggu depan ya Pak.”
“Ok deh, makasih yah ini uang untuk kamu, jasa cariin pembantu…”
“Wah.. banyak amat Pak, makasih deh..”

Kutinggal Yarmi setelah kuberi 500 ribu untuk mencarikan pembantu untuk apartemenku, aku sangat perlu pembantu karena banyak tamu dan client-ku yang sering datang ke apartemenku dan aku juga tidak pernah memberitahukan apartemenku pada istriku sendiri, jadi sering kewalahan melayani tamu-tamuku.

Dua hari kemudian, mobilku dicegat Yarmi ketika melintas di depan rumah majikannya.
“Malam Pak…”
“Gimana Yar, sudah dapat apa belum temen kamu?”
“Pak, saya aja deh.. habis gajinya lumayan untuk kirim-kirim ke kampung.”
“Loh, nanti Ibu Ina, marah kalau kamu ikut saya.”
“Nggak.. apa-apa deh Pak, nanti saya yang bilang sama Ibu.”
“Ya, sudah kalau ini keputusanmu, besok pagi kamu saya jemput di ujung jalan sini lalu kita ke apartemen.”
“Ok… Pak.”

Keesokan pagi kujemput Yarmi di ujung jalan dan kuantarkan ke apartemenku. Begitu sampai Yarmi terlihat bingung karena istriku tidak mengetahui atas keberadaan apartemenku.
“Tugas saya apa Pak…?”
“Kamu hanya jaga apartemen ini, ini kunci kamu pegang satu, saya satu dan ini uang, kamu belanja dan masak yang enak untuk lusa karena temen-temen saya mau main ke sini.”
“Baik Pak…”
Dengan perasaan agak tenang kutinggalkan Yarmi, aku senang karena kalau ada tamu aku tidak akan capai lagi karena sudah ada Yarmi yang membantuku di apartemen.

Keesokannya sepulang kantor, aku mampir ke apartemen untuk mengecek persiapan untuk acara besok, tapi aku jadi agak cemas ketika pintu apartemen kuketuk berkali-kali tidak ada jawaban dari dalam. Pikiranku khawatir atas diri Yarmi kalau ada apa-apa, tapi ketika kubuka pintu dan aku masuk ke dalam apartemenku terdengar suara dari kamar mandiku yang pintunya terbuka sedikit. Kuintip dari sela pintu kamar mandi dan terlihatlah dengan jelas pemandangan yang membuat diriku terangsang. Yarmi sedang mengguyur badannya yang hitam manis di bawah shower, satu tangannya mengusap payudaranya dengan busa sabun sedangkan satu kakinya diangkat ke closet dimana tangan satunya sedang membersihkan selangkangannya dengan sabun.

Pemandangan yang luar biasa indah membuat nafsu birahiku meningkat dan kuintip lagi, kali ini Yarmi menghadap ke arah pintu dimana tangannya sedang meremas-remas payudaranya yang ranum terbungkus kulit sawo matang dan putingnya sesekali dipijatnya, sedangkan bulu-bulu halus menutupi liang vaginanya diusap oleh tangannya yang lain, hal ini membuat dia merem-melek. Pemandangan seorang gadis kira-kira 19 tahun dengan lekuk tubuh yang montok nan seksi, payudara yang ranum dihiasi puting coklat dan liang vagina yang menonjol ditutupi bulu halus sedang dibasahi air dan sabun membuat nafsu birahi makin meningkat dan tentu saja batangku mulai mendesak dari balik celana kantorku.

Melihat nafsuku mulai berontak dengan cepat kutanggalkan seluruh pakaian kerjaku di atas sofa, dengan perlahan kubuka pintu kamar mandiku, Yarmi yang sudah kembali membelakangiku, perlahan kudekati Yarmi yang membasuh sabun di bawah shower. Secara tiba-tiba tubuhnya kupeluk dan kuciumi leher dan punggungnya. Yarmi yang terkaget-kaget berusaha melepaskan tanganku dari tubuhnya. “Akh.. jangan Pak.. jangan.. tolong Pak…” Karena tenaganya lemah sementara aku yang makin bernafsu, akhirnya Yarmi melemaskan tenaganya sendiri karena kalah tenaga dariku. Bibir tebal dan merekah sudah kulumatkan dengan bibirku, tanganku yang satu membekap tubuhnya sambil menggerayangi payudaranya, sedangkan tanganku yang satunya telah mendarat di pangkal pahanya, vaginanya pun sudah kuremas.
“Ahhh.. ahhh.. jja. jjangan.. Pak…”
“Tenang sayang.. nanti juga enak…”

Aku yang sudah makin buas menggerayangi tubuhnya bertubi-tubi membuat Yarmi mengalah dan Yarmi pun membalas dengan memasukkan lidahnya ke mulutku sehingga lidah kami bertautan, Yarmi pun mulai menggelinjang di saat jariku kumasukan ke liang vaginanya. “Arghh.. arghh… enak.. Pak.. argh…” Tubuh Yarmi kubalik ke arahku dan kutempelkan pada dinding di bawah shower yang membasahi tubuh kami. Setelah mulut dan lehernya, dengan makin ke bawah kujilati akhirnya payudaranya kutemukan juga, langsung kuhisap kukenyot, putingnya kugigit. Payudaranya kenyal sekali seperti busa. Yarmi makin menggelinjang karena tanganku masih merambah liang vaginanya. “Argh.. akkkhh… akhh… terus.. Pak… enak… terus…” Aku pun mulai turun ke bawah setelah payudara, aku menjilati seluruh tubuhnya, badan, perut dan sampailah ke selangkangannya dimana aku sudah jongkok sehingga bulu halus yang menutupi vaginanya persis di hadapanku, bau harum tercium dari vaginanya.

Aku pun kagum karena Yarmi merawat vaginanya sebaik-baiknya. Bulu halus yang menutupi vaginanya kubersihkan dan kumulai menjilati liang vaginanya. “Ssshh.. sshh.. argh.. aghh… aw… sshhh.. trus… Pak.. sshh… aakkkhh…” Aku makin kagum pada Yarmi yang telah merawat vaginanya karena selain bau harum, vagina Yarmi yang masih perawan karena liangnya masih rapat, rasanya pun sangat menyegarkan dan manis rasa vagina Yarmi. Jariku mulai kucoba dengan sesekali masuk liang vagina Yarmi diselingi oleh lidahku. Rasa manis vagina Yarmi yang tiada habisnya membuatku makin menusukkan lidahku makin ke dalam sehingga menyentuh klitorisnya yang dari sana rasa manis itu berasal. Yarmi pun makin menggelinjang dan meronta-ronta keenakan tapi tangannya malah menekan kepalaku supaya tidak melepaskan lidahku dari vaginanya.

“Auwwwhhh… aahhh… terus.. sedappp… Pakkkh…”
“Yar… vaginamu sedap sekali… kalau begini… setiap malam aku pingin begini terus…”
“Mmm.. yah.. Pak.. terus.. Pak… oohhh…”
Yarmi makin menjerit keenakan dan menggelinjang karena lidahku kupelintir ke dalam vaginanya untuk menyedot klitorisnya. Setelah hampir 30 menit vagina Yarmi kusedot-sedot, keluarlah cairan putih kental dan manis serta menyegarkan membanjiri vagina Yarmi, dan dengan cepat kujilat habis cairan itu yang rasanya sangat sedap dan menyegarkan badan.

“Ooohhh… ough… arghhh… sshh.. Pak, Yarmi… keluar.. nihhh… aahhh… sshh…”
“Yar… cairanmu… mmmhh… sedap.. sayang… boleh.. saya masukin sekarang… batang saya ke vagina kamu? mmhh.. gimana sayang…”
“Hmmm… boleh Pak.. asal.. Ibu nggak tahu…”
Yarmi pun lemas tak berdaya setelah cairan yang keluar dari vaginanya banyak sekali tapi dia seakan siap untuk dimasuki vaginanya oleh batangku karena dia menyender dinding kamar mandi tapi kakinya direnggangkan. Aku pun langsung mendempetnya dan mengatur posisi batangku pada liang vaginanya. Setelah batangku tepat di liang vaginanya yang hangat, dengan jariku kubuka vaginanya dan mencoba menekan batangku untuk masuk vaginanya yang masih rapat.

“Ohhh… Yarmi.. vaginamu rapat sekali, hangat deh rasanya… saya jadi makin suka nih…”
“Mmmmhh… mhhh.. Pak.. perih.. Pak… sakit…”
“Sabar.. sayang.. nanti juga enak kok, sabar ya…”
Berulang kali kucoba menekan batangku memasuki vagina Yarmi yang masih perawan dan Yarmi pun hanya menjerit kesakitan, setelah hampir 15 kali aku tekan keluar-masuk batangku akhirnya masuk juga ke dalam vagina Yarmi walaupun hanya masuk setengahnya saja. Tapi rasa hangat dari dalam vagina Yarmi sangat mengasyikan dimana belum pernah aku merasakan vagina yang hangat melebihi kehangatan vagina Yarmi membuatku makin cepat saja menggoyangkan batangku maju-mundur di dalam vagina Yarmi.

“Yar, vaginamu hangat sekali, batangku rasanya di-steam-up sama vaginamu…”
“Iya.. Pak, tapi masih perih Pak…”
“Sabar ya sayang…”
Kukecup bibirnya untuk menahan rasa perih vagina Yarmi yang masih rapat alias perawan sedang dimasuki batangku yang besarnya 29 cm dan berdiameter 5 cm, wajar saja kalau Yarmi menjerit kesakitan. Payudaranya pun sudah menjadi bulan-bulanan mulutku, kujilat, kukenyot, kusedot dan kugigit putingnya. “Ahh.. ahhh.. aah.. aww… Pak… iya Pak.. enak deh.. rasanya ada yang nyundul ke dalam memek Yarmi.. aahh…” Yarmi yang sudah merasakan kenikmatan ikut juga menggoyangkan pinggulnya maju-mundur mengikuti iramaku. Hal ini membuatku merasa menemukan kenikmatan tiada tara dan membuat makin masuk lagi batangku ke dalam vaginanya yang sudah makin melebar.

Kutekan batangku berkali-kali hingga rasanya menembus hingga ke perutnya dimana Yarmi hanya bisa memejamkan mata saja menahan hujaman batangku berkali-kali. Air pancuran masih membasahi tubuh kami membuatku makin giat menekan batangku lebih ke dalam lagi. Muka Yarmi yang basah oleh air shower membuat tubuh hitam manis itu makin mengkilat sehingga membuat nafsuku bertambah yaitu dengan menciumi pipinya dan bibirnya yang merekah. Lidahku kumasukan dalam mulutnya dan membuat lidah kami bertautan, Yarmi pun membalas dengan menyedot lidahku membuat kami makin bernafsu. “Mmmhh… mmmhhh… Pak.. batangnya nikmat sekali, Yarmi jadi.. mmauu… tiap malam seperti ini.. aaakh… aakkhh.. Paaakkhh.. Yarmi keeluuaarrr.. nniihh…”

Akhirnya bobol juga pertahanan Yarmi setelah hampir satu jam dia menahan seranganku dimana dari dalam vaginanya mengeluarkan cairan kental yang membasahi batangku yang masih terbenam di dalam vaginanya, tapi rupanya selain cairan, ada darah segar yang menetes dari vaginanya dan membasahi pahanya dan terus mengalir terbawa air shower sampai ke lantai kamar mandi dan lemaslah tubuhnya, dengan cepat kutahan tubuhnya supaya tidak jatuh. Sementara aku yang masih segar bugar dan bersemangat tanpa melihat keadaan Yarmi, dimana batangku yang masih tertancap di vaginanya. Kuputar tubuhnya sehingga posisinya doggy style, tangannya kutuntun untuk meraih kran shower, sekarang kusodok dari belakang. Pantatnya yang padat dan kenyal bergoyang-goyang mengikuti irama batangku yang keluar-masuk vaginanya dari belakang.

Vagina Yarmi makin terasa hangat setelah mengeluarkan cairan kental dan membuat batangku terasa lebih diperas-peras dalam vaginanya. Hal itu membuatku merasakan nikmat yang sangat sehingga aku pun memejamkan mata dan melenguh. “Ohhh… ohhh.. Yar.. vaginamu sedap sekali, baru kali ini aku merasakan nikmat yang sangat luar biasa… aakkh.. aakkhh… sshhh…” Yarmi tidak memberi komentar apa-apa karena tubuhnya hanya bertahan saja menerima sodokan batangku ke vaginanya, dia hanya memegangi kran saja. Satu jam kemudian meledaklah pertahanan Yarmi untuk kedua kalinya dimana dia mengerang, tubuhnya pun makin merosot ke bawah dan cairan kental dengan derasnya membasahi batangku yang masih terbenam di vaginanya. “Akhhh… aakkhh… Pak… Pakkhh… nikmattthhh…”

Setelah tubuhnya mengelepar dan selang 15 menit kemudian gantian tubuhku yang mengejang dan meledaklah cairan kental dari batangku dan membasahi liang vagina Yarmi dan muncrat ke rahim Yarmi, yang disusul dengan lemasnya tubuhku ke arah Yarmi yang hanya berpegang pada kran sehingga kami terpeleset dan hampir jatuh di bawah shower kamar mandi. Batangku yang sudah lepas dari vagina Yarmi dan masih menetes cairan dari batangku, dengan sisa tenaga kugendong tubuh Yarmi dan kami keluar dari kamar mandi menuju kamar tidur dan langsung ambruk ke tempat tidurku secara bersamaan.

Aku terbangun sekitar jam 10.30 malam, itupun karena batangku sedang dikecup oleh Yarmi yang sedang membersihkan sisa-sisa cairan yang masih melekat pada batangku, Yarmi layak anak kecil menjilati es loli. Aku usap kepalanya dengan lembut. Setelah agak kering Yarmi bergeser sehingga muka kami berhadapan. Dia pun menciumi pipi dan bibirku.
“Pak.. Yarmi puas deh… batang Bapak nikmat sekali pada saat menyodok-nyodok memek Yarmi, Yarmi jadi kepingin tiap hari deh, apalagi di saat air hangat mengalir deras di rahim Yarmi… kalau Bapak gimana? Puas nggak.. sama Yarmi…?”
“Yar.. Bapak pun puas sekali.. Bapak senang bisa ngebongkar vagina Yarmi yang masih rapat.. terus terang… baru kali ini Bapak puas sekali bermain, sejak dulu sama istriku aku belum pernah puas seperti sekarang… makanya saya mau Yarmi siap kalau saya datang dan siap jadi istri kedua saya… gimana..?”
“Saya mah terserah Bapak aja.”
“Sekarang saya pulang dulu yach.. Yarmi… besok aku ke sini lagi…”
“Oke… Pak.. janji yach… vagina Yarmi maunya tiap hari nich disodok punya Bapak…”
“Oke.. sayang…”

Kukecup pipi dan bibir Yarmi, aku mandi dan setelah itu kutinggal dia di apartemenku. Sejak itu setiap sore aku pasti pulang ke tempat Yarmi terlebih dahulu baru ke istriku, sering juga aku beralasan pergi bisnis keluar kota pada istriku, padahal aku menikmati tubuh Yarmi pembantuku yang juga istri keduaku, hal ini sudah kunikmati dari tiga bulan yang lalu dan aku tidak tahu akan berakhir sampai kapan, tapi aku lebih senang kalau pulang ke pangkuan Yarmi.

Ohhhh.. Yarmi, pembantuku? Istri keduaku?

TAMAT

Inem Pembantu Seksi


Lia Aulia Artis Bertubuh Indah dan Menggoda





Cewek Chinese Yang Doyan Pamer Toket





Cerita Panas

Model Seksi

More Article »
 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011. IndoHoi - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger